Perumusan Hipotesis
Secara etimologis, hipotesis berarti suatu yang masih kurang dari (hypo) sebuah pendapat (tesis). Hipotesis adalah suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenarannya secara empirik. Hipotesis merupakan jawaban sementara atas pertanyaan penelitian, yang kebenarannya akan diuji berdasarkan data yang dikumpulkan. Dengan demikian, hipotesis dalam sutu penelitian berarti satu langkah lebih maju daripada pertanyaan penelitian.
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah. Hipotesis menerangkan fakta yang kiranya penting untuk dikumpulkan atau dipelajari dalam hubungan dengan masalah tertentu. Tanpa hipotesis, penelitian sulit berjalan. Namun, hipotesis perlu diuji melalui penelitian terkendalikan (controlled inquiry).
Kerlinger (1986) mengajukan dua kriteria untuk hipotesis yang baik. Pertama, hipotesis merupakan pernyataan tentang hubungan antara variabel. Kedua, hipotesis tersebut dapat diuji secara empirik. Ini berarti, bahwa dalam hipotesis ada dua variabel atau lebih yang dapat diukur dan dinyatakan bagaimana hubungan antara variabel-variabel tersebut.
Sejalan dengan pertanyaan penelitian, hipotesis juga dapat dirumuskan dalam beberapa cara:
Hipotesis yang menyatakan bahwa sesuatu mempunyai ciri tertentu. Misalnya: Gelandangan adalah orang-orang yang tidak suka bekerja keras.
Hipotesis yang menyatakan frekuensi terjadinya sesuatu. Misalnya: Remaja pecandu narkotika lebih banyak berasal dari keluarga pecah daripada keluarga miskin.
Hipotesis yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Misalnya: Semakin lama orang menjadi gelandangan, semakin negatif sikapnya terhadap petugas rehabilitasi.
Hipotesis yang tertinggi tingkatnya adalah hipotesis yang menyatakan hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau lebih. Misalnya: Pekerja sosial yang empatik mempercepat proses rehabilitasi.
Hipotesis tidak boleh menggunakan pola “jika... , maka... “ karena rumusan demikian yaitu yang sudah mempunyai daya ramal, merupakan rumusan teori (Schuerman, 1983) atau merupakan suatu cara pendekatan ilmu dalam memahami dunia (Goode & Hatt, 1952; 1972).
Hipotesis merupakan rumusan yang harus dapat diuji kebenarannya secara empirik. Ini berarti bahwa jika hipotesis memuat konsep-konsep yang abstrak, maka konsep tersebut harus ditunjukkan oleh indikator-indikatornya agar dapat diamati atau diukur secara empirik. Dengan demikian, hubungan antara konsep yang dinyatakan dalam hipotesis akan ditunjukkan oleh hubungan antara indikator masing-masing.
Pembentukan hipotesis tidak berarti bahwa hubungan tertentu yang diharapkan merupakan suatu fakta yang pasti. Seorang peneliti harus waspada jangan sampai mempunyai “vested interst” untuk membenarkan kebenaran hipotesis sehingga berusaha bagaimanapun juga menyelesaikan datanya dengan hipotesis, sedangkan kebenaran hipotesis itu sendiri masih harus diuji.gejala ini menunjukkan bahwa ada kalanya seorang peneliti tidak sadar bahwa hipotesisnya terbukti tidak benar. Kadang-kadang juga merupakan penemuan yang dapat bermanfaat bagi pengetahuan tentang sesuatu yang di teliti.
Hubungan antara teori, hipotesis, dan penelitian sangat erat. Kerangka teori membantu si peneliti dalam penentuan tujuan dan arah penelitiannya dan dalam memilih konsep-konsep yang tepat guna membentuk hipotesis-hipotesisnya.
Beberapa contoh hipotesis yang telah dikemukakan merupakan hipotesis penelitian atau hipotesis kerja. Jika kita menguji hipotesis seperti ini dengan menggunakan sampel untuk disimpulkan pada populasi, kita akan memerlukan hipotesis statistik yang terdiri atas dua macam, yaitu hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Biasanya hipotesis kerja yang dirumuskan oleh peneliti akan menjadi hipotesis alternatif.
Akan tetapi, hipotesis altrenatif ini tidak dapat diuji secra langsung sehingga memerlukan hipotesis pembantu, yaitu hipotesis nol. Hipotesis nol inilah yang dapat diuji secara statistik dan sebagai akibat penerimaan atau penolakan hipotesis alternatif. Oleh karena itu, komposisi hipotesis statistik selalu menuliskan hipotesis nolnya terlebih nolnya terlebih dahulu, baru kemudian menuliskan hipotesis alternatifnya.
Untuk sampai kepada hipotesis, peneliti menggunakan data dan teori yang sudah ada untuk melakukan prediksi (ramalan-ramalana) pemecahan masalah baru. Jika hipotesis dapat dipandang sebagai pemecahan sementara terhadap masalah yang diteliti, maka teori adalah pemecahan terakhir yang merupakan hasil pengujian hipotesis.
Dipandang dari sudut ini, sifat-sifat penting dari hipotesisi penelitian dapat ditunjukkan sebagai berikut:
1. Setiap hipotesis adalah merupakan kemungkinan jawaban terhadap permasalahan yang tengah diteliti.
2. Hipotesis harus muncul dan ada hubungannya dengan teori dan masalah yang akan diteliti.
3. Hipotesis haruslah dapat diuji tersendiri untuk dapat menetapkan hipotesis yang paling besar kemungkinannya untuk didukung data empiris yang dikumpulkan menurut prosedur tertentu.
Meskipun demikian, satu hal yang perlu diingat adalah tidak setiap penelitian akan mutlak membutuhkan hipotesis. Hal ini sangat tregantung atau sangat ditentukan oleh jenis dan tujuan penelitian yang akan dikerjakan itu.
Hipotesis selalu mengambil bentuk kalimat pernyataan dan menghubungkan secara umum maupun khusus, variabel-variabel yang satu dengan yang lain. Dua kriteria hipotesis yang baik adalah:
Hipotesis adalah pernyataan tentang relasi antara variabel-variabel.
Hipotesis mengandung implikasi-implikasi yang jelas untuk pengujian hubungan-hubungan yang dinyatakan itu.
Hipotesis merupakan alat yang penting dan mutlak dalam penelitian ilmiah. Ada 3 alasan utama yang menopang pandangan ini, yaitu:
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori.
Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan betul dan salahnya.
Hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuta ilmuwan dapat “keluar” dari dirinya sendiri.
Fungsi Pokok Hipotesis
1. Memperoleh suatu kesimpulan tentang suatu masalah.
2. Memperjelas keadaan yang membingungkan/masih menjadi teka-teki.
3. Mendapat arah bagi suatu tindakan.
4. Membuat suatu prediksi yang mungkin.
Hipotesis dikemukakan dalam bentuk pernyataan, misalnya:
Kemiskinan adalah penyebab kejahatan.
Wanita lebih rajin dari pada pria.
Hipotesis yang tepat akan menunjukkan jalan bagi hampir semua langkah yang akan ditempuh. Hipotesis merupakan pokok pangkal yang membuka jalan untuk:
Memberi tujuan dan arah kepada penelitian.
Menegaskan pikiran si penyelidik mengenai hal ikhwal sebelumnya.
Menyempitkan batas-batas laporan penelitian, di mana harus dikumpulkan keterangan-keterangan yang relevan.
Jenis-Jenis Hipotesis
1. Hipotesis Mayor, yaitu hipotesis induk yang menjadi sumber dari anak-anak hipotesis (hipotesis minor)
2. Hipotesis Minor, yaitu hipotesis yang dijabarkan dari hipotesis induk (hipotesis mayor).
Hipotesis anak harus sejalan benar dengan hipotesis minor, juga berarti pengetesan terhadap sebagian dari hipotesis mayor.
Tipe-Tipe Hipotesis
1. Hipotesis Directional.
Dikenal juga dengan istilah one tailed test, yaitu Hipotesis yang dapat menunjukkan arah jawaban / hipotesis penelitian (hipotesis altrenatif) apakah lebih besar (>) atau lebih kecil (<). 2. Hipotesis Non Directional Dikenal juga dengan istilah twotailed test, yaitu Hipotesis yang tidak dapat menunjukkan arah jawaban atas hipotesis alternatif. Hipotesis alternatif di sini menggunakan simbol “1”. simbol ini tidak dapat menunjukkan arah, tidak diketahui mana yang lebih tinggi dan mana yang lebih rendah. Hipotesis Statistik : Hipotesis Nihil Kebanyakan penelitian dimaksudkan untuk menguji kebenaran suatu dugaan yang dimiliki sebelum penelitian dilakukan. Terlepas dari terbukti atau tidaknya suatu dugaan, penelitian itu akan menghasilkan suatu kenyataan. Hipotesis statistik adalah suatu dugaan yang merupakan suatu pernyataan tentang keadaan para meter yang didasarkan atas probabilitas distribusi sampling parameter itu. Hipotesis semacam ini dirumuskan sedemikian rupa agar peneliti dapat dengan gampang menolak atau menerimanya. Untuk mencapai maksud ini pada umumnya hipotesis statistik dinyatakan dalam bentuk hipotesis nihil. Selama hipotesis yang menyimpang dari hipotesis nihil disebut hipotesis alternatif. DAFTAR PUSTAKA Soehartono, Irawan, DR. 2002. Metode Penelitian Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Unaradjan, Dolet. 2000. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta: PT Grasindo. Arsyad, M.Sc, Drs Lincolin. 2003. Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Hadi, MA, Prof. Drs. Sutrisno. 1989. Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta. Supranto, J. 2004. Proposal Penelitian dengan Contoh. Jakarta: UI-PRESS. Marzuki, MM, Drs. 2002. Metodologi Riset. Yogyakarta: BPFE UII. N. Kerlinger, Fred. 2004. Asas-Asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Sumber: Mata Kuliah “Metode Penelitian Sosial” By: Mr. Anuar Rasyid, S.Sos, M.Si
Tidak ada komentar:
Posting Komentar