Selasa, 15 Maret 2011

Inilah Aq :-))

LABERSA HOTEL
ON STUDIO TV ONE
PURE ON BALI
PANTAI PADANG










Apa yang tak bisa terungkap oleh kata-kata, bisa tersampaikan oleh gambar :-)


ANCOL EUY








BUKITTINGGI - JAM GADANG
Obsesi
With Partner
Inilah aku

Senin, 14 Maret 2011

Sebuah Titik

Apa yang terasa,, tak bisa terungkap..
apa yang terpikirkan,, tak bisa terucap..
semuanya hanya terpendam dan terpendam...
semuanya tersembunyi di balik seukir senyuman..
senyuman yang maknanya pun semu,, entah senang atau sinis..
mata yang sudah mulai kelelahan,,
kaki yang sudah mulai keletihan,,
badan yang sudah mulai kepenatan,,

hati yang dulu bak kertas putih kosong,, kini mulai penuh dengan berbagai coretan rasa dan perasaan...
pikiran yang dulu nak selembar benang sutra,, kini mulai merapuh untuk setiap bagian sarinya...

gelap,, ya,, semuanya seakan gelap..
tak ada lagi yang terang...
gelap,, ya,, semuanya semakin gelap..
tak ada lagi yang terang...

merasa sendiri di tengah keramaian... alienansi
merasa sendiri di tengah kebisingan.. alienansi
alienansi jiwa... apa gunanya lagi??
alienansi hati... apa gunanya lagi??

mungkin, ada sebuah titik yang berbeda..
tapi entahlah di mana..
titik yang berada di antara jutaan titik lainnya..
hmm,, bagaimana untuk menemukannya??
titik yang memang hanya satu titik...

cari dan temukanlah titik itu...
jangan hanya berhenti di titik yang tidak jelas...

Pekanbaru, Juni 2010

Ini bukan air mataku

Terkadang aku lelah dengan semua ini,,, ingin rasanya untuk mengakhiri semua yang berjalan.. terkadang aku muak dengan perasaan ini,,, ingin rasanya untuk membunuh semua rasa itu,,, tapi aku tak punya daya, aku hanya bisa terpaku dan diam membisu, menyaksikan tayangan yang kulukis sendiri,, melihat kisah yang kurangkai sendiri…
Mereka bilang,, jangan menyerah… mereka bilang,, tetap semangat…
Andai saja kerapuhan hati ini masih sanggup bertahan,, maka aku akan mencoba untuk tetap bertahan,,, andai saja kegalauan pikiran ini masih sanggup bertahan,, maka aku akan mencoba untuk terus bertahan…

Aku masih saja berharap untuk sesuatu yang tidak mungkin,, aku masih saja menunggu untuk sesuatu yang tidak akan pernah datang,, aku masih saja berjalan di antara dua bayang sisi keraguan,,, aku masih saja melangkah di antara terpaan badai yang terus menghantam...

Lalu, apa yang harus kulakukan sekarang,,, tidak ada jawaban yang kudapatkan.. semuanya hanya semu,, semu dan semu.... masihkah aku harus merasakan kesemuan itu,, sampai kapan??? Di mana akan berakhir dan bagaimana ujung kisahnya??

Aku memang begitu rapuh,, rapuh dan rapuh,, dua sisi jiwaku pun tak lagi seiring sejalan... aku memang menjadi semu,,, semuanya pun menjadi buram dan suram.... entahlah... aku pun tak tahu lagi,, di mana kedua sisi jiwaku itu beradu... Mungkin hanya raga ini yang masih menyisakan secercah harapan di balik secuil asa yang mungkin masih tersisa...

Semua terasa berputar begitu cepat,, bahkan di saat aku tertidur pun,, jiwa ini masih saja mencari tempat peraduannya... kala aku terbangun,, peraduannya pun menghilang entah ke mana,, lalu, apalagi yang masih ada??? Haruskah aku berhenti untuk berharap??? Atau bertahan dalam dua bayang sisi yang semakin semu???

Langkah ku kian tertatih,,, namun asaku masih terus mengiringi langkah itu... langkah yang masih mencari jalannya... Haruskah langkah itu kuteruskan?? Atau aku berhenti di sini... Ya,, di sini... Tepat di sini,, sebuah persimpangan kosong tanpa penunjuk arah... memandang jauh ke setiap sudut persimpangan,,, hanya kosong dan kosong.... berhenti atau lanjut??? Jawab...!!!

Tidak!!! Jiwa ku kembali bergejolak,, pikiranku kembali berkecamuk...
Persimpangan apa itu??? Berhenti atau lanjut??? Jawab...!!!

Jawaban yang hingga kini masih aku cari,,, jawaban yang hingga kini memaksaku untuk terus melangkah walaupun terhenti di setiap persimpangan..... di manakah jawaban itu bisa kutemukan? Lalu kemana mereka?? Mereka yang selalu berkata,, Jangan Menyerah dan tetap semangat....

Bahkan di persimpangan tempat aku berhenti pun mereka tidak ada,,, yang ada hanyalah seukir kata-kata mereka yang tergores tanpa sengaja di antara bebatuan kerikil dan segumpal pasir yang sesekali terhapus oleh angin,,, lalu muncul dan muncul,, hilang dan hilang,, muncul dan hilang,,,,

Bahkan hujan pun, tidak tahu bagaimana dalamnya perasaanku saat ini... Hujan yang setia membasahi bumi yang semakin gersang ini,,, masih belum mampu sedikit menyegarkan persimpangan keraguanku....

Ya,, inilah adanya... aku terjebak dalam keraguan,, tersesat di persimpangan kosong dan terperangkap dalam kerapuhan... peraduan jiwa pun mulai menghilang perlahan dari batin dan ragaku......

Tapi........ aku masih punya air mata yang menyimpan berjuta makna dari setiap tetesannya... air mata yang begitu sulit untuk keluar,, tapi begitu mudah untuk tertahan... air mata yang selama ini aku simpan,,, mungkinkah air mata ini yang akan menjawab semua pertanyaanku....

Air mata ini bukan air mataku,,, tapi air mata mereka... Mereka yang lebih mengenal aku daripada diriku sendiri,,, mereka yang tak pernah lelah menuntunku,, mereka yang tak pernah jenuh tersenyum untukku.... Mereka yang selalu mendoakanku,,, dan mereka yang senantiasa memarahiku.... Air mata inilah yang selalu memberiku kekuatan,,, air mata inilah yang selalu memberiku ketabahan... air mata inilah yang membuatku mencoba dan selalu mencoba bertahan... dan hanya untuk air mata inilah aku terus berjalan di atas kedua kakiku dan air mata inilah tempatku untuk menyerahkan semua kebahagiaanku....

From Me With Love... My Luph Mom n Dad....

Pekanbaru, 25 April 2010


D’ Girlz

Rabu, 09 Maret 2011

Sebutir Nasi di Sudut Kota, Bangunan Tua Kertas Berwarna

Berjalan menelusuri setiap sudut kota, melewati bangunan-bangunan tua yang tak terawat. Sebagian, ada penghuninya, namun sebagian lagi hanya berhiaskan lumut-lumut basah dan kering. Jejak-jejak tangis mereka seakan masih tampak pada setiap sisi bangunan itu. Suara teriakan, jeritan tangis dan pekikan kesedihan sayup-sayup terdengar. Namun tak begitu jelas, darimana sumber semua itu. Yang ada hanya sesuatu yang semu, yang tampak hanya bekas-bekas berdebu. Dalam setiap langkah kaki, seakan ada ikatan yang menghalangi untuk melangkah ke ruas berikutnya.
Awan mulai menghitam, suara gemuruh saling bersahutan, cahaya kilat mulai menyala. Namun, hujan tak kunjung turun. Sedangkan matahari, bulan dan bintang masih bersembunyi. Seakan malu menunjukkan jati diri mereka.

Berhenti pada satu titik pusaran, banyak petunjuk dengan ribuan anak panah. Namun tak satupun yang memberikan petunjuk penuh kejelasan, semuanya samar-samar, bahkan ada yang sudah usang dan tak meninggalkan bekas sedikitpun. Pusaran ini terus bertumpu pada satu titik, nafas pun mulai tak seimbang, detak jantung mulai meronta, denyut nadi mulai tak bersahabat. Namun kaki ini harus tetap bertahan, hingga pusaran ini berhenti pada waktunya.

Mereka yang di sudut sana terus berpesta, menghitung setiap koin yang ada. Mulai bingung di mana harus menyimpan jutaan lembar kertas bergambar dan berwarna yang bertuliskan angka-angka. Ketakutan di tengah keserakahan. Satu kertas hilang, ribuan nyawa melayang. Satu kertas bergambar itu, bisa membuat suara yang lainnya berpindah tuan. Satu kertas berwarna itu, bisa membeli harga diri mereka yang tak bertuhan. Bahkan satu kertas itu, mampu membuat kesucian diri dan nurani ternoda yang tak bisa dibersihkan dengan apapun.

Mereka yang di sudut lainnya, tengah tertawa terbahak-bahak. Bebas dari borgol besi yang hanya cocok di tangan kaum menjerit. Borgol yang hanya bisa dipakai oleh mereka yang memekik perih. Borgol besi itu membuat jutaan nyawa tak lagi punya daging. Borgol laknat itu pula yang membuat jutaan nyawa menyatu dengan asal raga mereka yaitu tanah. Bahkan untuk mendapatkan tanah itu pun harus menangis darah yang keluar dari mata raga lainnya.

Sebutir nasi tak lebih berharga daripada sebuah kelereng. Sebutir nasi tak lebih berharga daripada sebuah gundu. Mengais ngais sampah di setiap tumpukan, hanya untuk sekedar mengobati tangis seorang anak manusia yang belum mengerti akan kejamnya dunia. Mengikis jejak-jejak keserakahan mereka, hanya untuk mengobati luka anak manusia yang tak mengerti apa itu keserakahan. Anak manusia itu hanya tahu bahwa mereka butuh sebutir nasi, mereka tidak butuh kertas bergambar dan berwarna serta bertuliskan angka-angka. Bahkan tidak pernah terpikir oleh anak manusia itu seberapa besar nilai kertas itu untuk bisa membeli hidup ini...

Sudut kota ini semakin tergores oleh rintihan batin dan jeritan nurani. Bangunan-bangunan tua berlumut itu, hanya bisa jadi saksi bisu dan diam tanpa melakukan apa-apa. Bangunan tua itu bahkan lebih patuh pada mereka pemilik kertas bergambar, bukan pada anak manusia yang butuh sebutir nasi saja.

Pekanbaru, 16 Februari 2011

D'Girlz