Jumat, 17 Desember 2010

Ibu,, Ibu,, Ibu

Siapa orang yang paling berharga dalam hidupmu? Spontan aku menjawab "Ibuku"... Seberapa penting arti penting Ibu buatmu? Dengan lancar aku menjawab, Ibu adalah perempuan paling cantik, baik dan mulia di dunia ini. Tanpa Ibu aku tak berarti apa-apa, semua yang aku rasakan saat ini pun berkat doa Ibu.. Lalu, ketika ditanya, seberapa sering kamu menelepon Ibumu? Jujur saja, aku begitu sulit untuk mengungkapkannya. Mungkin aku bisa saja berbohong dan mengatakan setiap hari aku pasti menelepon Ibu, minimal sekali sehari. Tapi hatiku seakan berat untuk melakukannya, aku merasa berdosa karena kebohongan itu. Tapi, jika aku jujur mengatakan yang sebenarnya, aku merasa malu pada diri sendiri dan semua yang ada di sekelilingku...

Sejenak aku merenung,, Sepanjang perjalanan hidupku hingga detik ini, aku merasa tidak pernah menyakiti Ibu, tidak pernah berkata kasar kepadanya dan selalu berusaha untuk menjadi anak yang penurut. Ketika Ibu minta ditemani berbelanja ke pasar tradisional pun aku dengan senang melakukannya, prestasi ku semasa sekolah dan kuliah juga cukup membanggakan. Lalu apa aku seorang anak durhaka jika tidak menelepon Ibu setiap hari?? Hmm,, tanpa begitu pun rasa sayangku kepada perempuan mulia itu tetap besar. Terus merenung dan berpikir....

Banyak jawaban dari sebuah pertanyaan kecil di benakku. Kenapa?? Apa iya aku sudah durhaka?? Tapi, Ibu tidak pernah mengatakannya. Ia bahkan selalu tersenyum dan berbagi kebahagiannya denganku.. Bahkan, ia berusaha untuk menjadikan aku anak yang tidak durhaka. Lebih baik Ibu menahan emosi dan amarahnya atas setiap kesalahanku, daripada aku memberontak jika ia melampiaskan semuanya.. Hmmm....

Apakah semua yang ingin ku tahu, harus menunggu suara dari Ibu? Seharusnya aku bisa membaca pikiran Ibu, memahami perasaannya dan mengerti keinginnanya. Itu seharusnya.. Tapi, apa yang terjadi kini??? Entahlah,, apakah dunia fana ini sudah menjadikan aku anak yang tidak tahu balas budi? Ibu bahkan tidak pernah meminta apapun dari anaknya, tapi aku sebagai anak selalu saja merepotkan Ibu dengan segala keinginanku yang kadang tidak penting..

Jadi, masihkah aku harus berkata, aku ini anak durhaka karena tidak menelepon Ibu setiap hari, bahkan hanya untuk sekedar bertanya, "Apa kabar Bu,"?. Sebegitu sibukkah aku hingga lupa untuk hal kecil bermakna besar ini? Atau sekrtitis itukah pulsa HP ku, hingga menjadikannya sebuah alasan??

Apakah pacar, teman atau pasangan lebih penting dari Ibu?? Bangun tidur, mau mandi, mau pergi, mau makan, capek, mau tidur lagi... Semuanya pacar harus tahu. Bagaimana dengan Ibu?? Apakah ia tidak berhak tahu aktivitas anaknya??? Setiap detik, setiap jam selalu menghubungi pacar, bahkan harus lapor kalau mau ke sana sini, takut berbohong dan diputusin. Lalu bagaimana dengan Ibu?? Apakah ia tidak berhak tahu anaknya mau ke mana? dengan siapa? ngapain? Ga' takut berbohong atau bahkan dipecat jadi anak? Astagfirullah.....

Siapa sech pacar itu?? Sedikitpun ia tidak punya hak mengatur kehidupanku, bahkan untuk sedetik pun. Tetapi Ibu??? Ia bertanggung jawab penuh atas anak tercinta. Setiap tarikan nafasnya, hanya untuk sang buah hati,, bahkan Ibu dengan ayahpun rela berdebat hanya demi membela anaknya. Tapi aku anaknya, rela membohongi Ibu hanya demi jalan dengan pacar... Anak macam apa aku? Masih pantaskah aku menjadi seorang anak???

Uang mulai habis, nilai ujian anjlok, ada masalah sama teman, diputusin pacar, sakit keras... Mari menelepon Ibu... Ada Job, nilai ujian terbaik, banyak uang,, Mari menelepon pacar... Oh No.. Ibu hanya ada atau mungkin diingat ketika susah, tapi ketika berbagi kebahagiaan, pacarlah yang pertama tahu.. Masihkah layak aku ini dianggap anak??? Apakah itu belum cukup untuk mengukur kadar durhaka diri sendiri???

OK... Ketika tiba saatnya aku yang menjadi Ibu,, punya anak yang susah diatur, tidak mau menurut, suka melawan,,, aku menjadi Ibu yang pemarah... Kenapa??? Merasa sakit hati dan kesal dengan tindakan si anak. Bahkan, jika sudah kerasukan setan, spontan berkata "Anak tidak tahu diuntung kamu,".. Lho, memangnya aku punya hak?? Entahlah... Anak, suami semua membuat keadaan berbeda. Menjadi istri sekaligus Ibu dalam satu waktu.. Ketika semua sudah mandek,, mengadu pada Ibu.. Ibu yang kini tinggal sendiri di rumah yang dulu ia tempati bersama anak kesayangannya. Lagi-lagi Ibu hanya tempat mengadu ketika susah, ketika bahagia hanya merasa ada suami dan anak di dunia ini.. Kapan Ibu diingat? Nanti saja setelah pulang dari mall, baru mampir ke rumah Ibu. Oh No... Durhaka atau tidak??? entahlah....

Lagi-lagi anak bertingkah... lagi-lagi marah dan emosi.... Karma!!! Mungkin saja, ini balasan dari semua sikap ketika masih jadi anak. Lho kenapa? aku dulu tidak pernah melawan dan menjadi anak penurut. Tapi kenapa sekarang anakku begini?? Sekuat tenaga membangkitkan memori masa lalu, tetap merasa tidak pernah begitu. Ada yang terlupakan ternyata. Pernahkah aku berkata terima kasih Ibu dengan sengaja dalam suasana hangat??? Atau meminta maaf dengan ikhlas sambi sujud di kakinya?? Astagfirullah........

Inilah jawabannya. Aku anak yang tidak tahu berterima kasih dan sombong. Terlena dengan semua yang sudah ada, sehingga melupakan masa harus berterima kasih untuk Ibu. Ibu yang setiap detik selalu berdoa untuk anaknya, yang tidak pernah berhenti untuk meminta Allah selalu menjaga anaknya.

Anak macam apa aku ini??? Terima kasih dan Maaf pun begitu sulit terucap,, Ya, terlena dengan dunia fana yang penuh kebohongan dan kemunafikan..

Seandainya ini semua adalah mimpi, aku ingin segera terbangun. Mimpi ini bukan hanya sekedar bunga tidur, tapi sebuah petunjuk dari Allah SWT. Allah masih memberiku kesempatan untuk merubah segalanya. Sebelum terlambat dan selagi dunia ini masih ada.. Ibu,, Tunggu aku anakmu...

Airmata ini tidak berarti apa-apa dibandingkan semua pengorbanan Ibu... Jika kini aku harus menangis, air mataku hanya untuk Ibu, jika kini aku harus tertawa, kebahagiaanku hanya milik Ibu.. Terima kasih Ibu, untuk semua jasa dan pengorbananmu.. Aku anak yang penuh kesalahan dan dosa... Maaf dengan segala sujudku karena Allah SWT.. Semua cintaku di dunia hanya untuk Ibu, kini dan selamanya.............. Bahkan, ketika kita harus berbeda dunia pun, aku masih saja menyesal atas semua yang pernah kulakukan........ Ibu, Allah akan memberikan kemuliaan bagimu,,,,,,,,, I Love u Ibu.........

For My Lovely Mom :-)))

(based on true story)